Mereka yang dalam rantau luar negara dan luar negeri pun pulang, hanya demi satu perayaan ini, Idul Fitri. Sama, penulis yang sedang merantau di kota orang ini tar sore juga berencana untuk pulang kekampung halaman. Meski hanya beberapa hari namun hal itu serasa menjadi keharusan.
Meminta maaf kepada orang tua, meski dilain hari tanpa idul fitri meminta maaf kepada mereka juga bisa. Namun sekali lagi adat dan budaya masyarakat kita yang begitu kental dalam melaksakan perayaan ini.
Memohon maaf kepada orang tua hanyalah secuil pengabdian, setetes rasa horman, butir rasa patuh. Hal ini jika kita bandingkan dengan yang selama ini mereka berikan kepada kita sebagai anak.
Di luar perayaan ini orang akan enggan meminta maaf, meski memiliki banyak kesalahan. Terkadang merasa malu untuk mengakui kesalahan, merasa dirinya sudah benar tidak perlu untuk diingatkan lagi.
Padahal dalam hubungan manusia kata maaf bukan berarti kerendahan atau kehinaan terhadap diri sendiri. Dengan kata maaf itu pun derajat seseorang akan besar sebab kerendahan hati yang dimiliki, layaknya air suci nan jernih akan semakin dijaga, berbeda dengan air kerus meski suci.
Semoga dengan momentum hari raya Idul Fitri ini kita bisa membersikan hati dengan memngucap maaf secara lisan dan mengiklaskan kesalahan dalam hati, melepas ingatan mereka yang pernah menyakiti, membebaskan diri dari rasa dengki, semua terlepas dan terbang dalam awan bebas kata maaf, mencapai langit-langit pengharapan ampunan tuhan, demi curahan hujan keridhaan sang maha penguasa semesta...
02.44 wib, 06 Agustus 2013
Kantor KL Blok A1 Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar