Dibalik keanggungan wajah, Keindahan sang hamba...
Tersimpan kenikmatan pandangan..
Begitu sang maha kuasa ciptakan...
Semoga diri tak lupa dan terlena...
Melaluinya ku nikamati rasa ini...
Denganya merajut rasa gembira dan gunda..
Bersama bimbingan alam raya..
Mengejar bahagia, ...
Memberikan semangat pada mereka yang berselimut gunda..
Kemanfaatan kecil yang bisa dipanen, kemudian...
___*____
Tetap semua harus dinikmati dan syukuri, Setiap perjalanan langkah bahagia singkirkan kesombongan,
Setiap langkah kecewa, ajarkan tabah, setiap kesedihan ajarkan keiklasan....
Semua penuh makna, semua dalam naungan sang punya...
Demi mereka yang ada disana, untukNya yang ciptakan hati bahagia melalui dia...
Sujud dalam ketundukan pengampunan....
Segala celah kehidupan, jika itu kesalahan..
30 Desember 2012
Sabtu, 29 Desember 2012
Senin, 24 Desember 2012
Ilmu Administrasi Negara (review)
Kami juga menyediakan Skripsi Lengkap Ilmu Administrasi Negara, Meski Stoknya lum terlalu banyak tapi jika minat bisa kami bantu...
Silakan saja langsung hubungi admin...
Karena admin menyediakan segala file yang berhubungan dengan akademik, baik makalah, persentasi, skripsi, jurnal, tesis, desertasi dan sebagainya....
diajamin murah karena pembayaran bisa dibelakang dan nego....
ini linknya www.lib4online.com
Ok selamat berkarya...!!
Silakan saja langsung hubungi admin...
Karena admin menyediakan segala file yang berhubungan dengan akademik, baik makalah, persentasi, skripsi, jurnal, tesis, desertasi dan sebagainya....
diajamin murah karena pembayaran bisa dibelakang dan nego....
ini linknya www.lib4online.com
Ok selamat berkarya...!!
Misa 2012
Nyanyian dan do'a banyak dikumandangkan..
Harapan dan impian menjadi panjatan atas keadaan
Utarakan semua ungkapan atas keprihatinan dalam keheningan
Do'a-do'a semoga bisa sambut bahagia...
Dalam Naungan tanah yang sama..
Dalam muara yang sama..
Meski ritual, ajaran, dan panutan berbeda...
Semua manusia butuh bahagia
Semua Manusia butuh besas..
Semua butuh ketenagan...
Semua butuh kedamaian...
Semua butuh kesejahteraan..
Tak padanga siapa dan dimana..
Ketika menyatakan diri manusia itulah yang harus dipenuhi...
Hanya pikiran picik para kepentingan kekuasaan..
Mengatas namakan agama membuat gelisah..
Menghancurkan kedamaian dan peradapan
Ledakan demi ledakan...
Guna menutupi aib jabatan...
Semoga tak selamanya ..
Sebatas terlintas dalam nafas..
Kehidupan bahagia yang kita pinta...
Pada semesta kita berkerjasama
Selamat Misa ...2012
25 Desember 2012
Harapan dan impian menjadi panjatan atas keadaan
Utarakan semua ungkapan atas keprihatinan dalam keheningan
Do'a-do'a semoga bisa sambut bahagia...
Dalam Naungan tanah yang sama..
Dalam muara yang sama..
Meski ritual, ajaran, dan panutan berbeda...
Semua manusia butuh bahagia
Semua Manusia butuh besas..
Semua butuh ketenagan...
Semua butuh kedamaian...
Semua butuh kesejahteraan..
Tak padanga siapa dan dimana..
Ketika menyatakan diri manusia itulah yang harus dipenuhi...
Hanya pikiran picik para kepentingan kekuasaan..
Mengatas namakan agama membuat gelisah..
Menghancurkan kedamaian dan peradapan
Ledakan demi ledakan...
Guna menutupi aib jabatan...
Semoga tak selamanya ..
Sebatas terlintas dalam nafas..
Kehidupan bahagia yang kita pinta...
Pada semesta kita berkerjasama
Selamat Misa ...2012
25 Desember 2012
Minggu, 23 Desember 2012
Pawang Hujan
Semangat sanga pawang, berusaha hentikan langkah sang hujan..
Demi ambisi, hajat umat manusia...
Demi pesta untuk habiaskan semua...
Untuk yang tak berdaya hanya bisa menerima..
Aah Cuma kecewaku pada mereka..
Kedekatanya dengan semesta yang luar biasa...
Berbisik pada langit, "hujan pun mendua pada wilayah yang dibatasianya"..
Ucapnya : awan gelap meyikap, Gelegar petir menyingkir.., butiran air mengalir pada hilir... Simpan hajatmu pada yang butuh..
Anakmu berlangsungkan Syukuran...
Semoga semua rasakan bahagia...
Meski berkah sedikit Engkau menolaknya...
Penguasa semesta maafkan Umat manusia...
Malang 24 Desember 2012
di rumah biru
Demi ambisi, hajat umat manusia...
Demi pesta untuk habiaskan semua...
Untuk yang tak berdaya hanya bisa menerima..
Aah Cuma kecewaku pada mereka..
Kedekatanya dengan semesta yang luar biasa...
Berbisik pada langit, "hujan pun mendua pada wilayah yang dibatasianya"..
Ucapnya : awan gelap meyikap, Gelegar petir menyingkir.., butiran air mengalir pada hilir... Simpan hajatmu pada yang butuh..
Anakmu berlangsungkan Syukuran...
Semoga semua rasakan bahagia...
Meski berkah sedikit Engkau menolaknya...
Penguasa semesta maafkan Umat manusia...
Malang 24 Desember 2012
di rumah biru
Ku Bukan Lacur
Sejak saat ia ungkapkan rasa sayang, ku abdikan cinta ku padanya, semua yang ku punya, ku berikan segalanya, bahkan muatira yang hanya di punyai sekali saja. Perasaan benar-benar hanyut dalam keindahan kemesraan yang engkau ciptakan. Benar kata pepatah "ketika cinta dikumandangkan semua serasa hilang" Entah kemana pergi kesadaran diri, yang tersisa hanya imajenasi keindahan dan kebahagiaan.
Hari-hari kami jalani serasa tiada beban, penuh pengorbanan, keceriaan, semua aturan serasa tiada, norma hukum, agama entah kemana, tak peduli tempat umum, atau dimana pun, kami berbagi kemesraan. Terlihat irih berpasang-pasang mata, sedikit curiga, atas ulah kami berdua. Wajah curiga itu masih terus memandang, sampai gandengan tangan terlepaskan.
Sampai saat yang tak terlupakan hingga sekarang, kami lakukan dosa terindah, surga dunia kata para pecinta, kami lakukan dengan tanpa sengaja, menjadi candu dalam keseharian, melupakan diri bahwa kami tiada ikatan pernikahan.
Memang aku sadari cowok ku lebih agresif, lebih menuntutku untuk selalu pasrah, menyerahkan jiwa dan segala yang ku punya. Sedikit ku peringatkan "jangan sekarang, kita melakukan" wajah kecewanya begitu tampak, 'nafsu' cintanya menjadi amarah kecewa.
Jika sudah demikian tak mampu lagi ku melihat ia kecewa, tak mampu ku sakiti hatinya, tak mampu jika ia akan pergi karena kecewa padaku. Hal yang paling ku takutkan dia pergi meninggalkan ku, meninggalkan kebahagiaan yang telah lama kita susun bersama.
Ku bujuk rayu wajah kecewa, dengan pelukan mesra dari belakang, "Jangan begitu yank" ucapku.
"Kita akan lakukan segalanya ketika ikatan sudah ada" imbuhku tepat dibelakang telinganya, sambil kedua tanganku memeluk melingkar diperutnya. Kemuadian ia membalikan tubuhnya dan memeluku balik, kami saling berpelukan, serasa hangat tubuh itu merayapi semua pori.
Ku resapi dekapan itu, ku rasakan cintanya, ku rasakan segalanya, dalam kenikmatan tanpa ku sadari bibirnya telah mencumbuhi leher kiriku, tak mampu lagi ku menolak, diri ku telah hanyut dalam ambisi asmara bercinta, justru ku balik menciuminya. Tanganya bergeser kebawah masuk dalam kemaluan, benar-benar tak ku sadari semua berlangsung begitu indah. Sepertiga malam yang kita selesaikan dalam percintaan.
---*---
Setelah kejadian malam itu sering kami lakukan hal serupa pada hari-hari berikutnya, sebgaimana orang telah memiliki ikatan nikah.
Sampai saat ku sadari bahwa telah dua bulan hal itu kami lakukan, sampai saat kecewa melanda dada ketika ku katakan padanya aku tak keluarkan darah. Tapi bukan bahagia yang ku dapatkan ketakutan dan ketidakterimaan, lelaki ku justru mencaciku "Kenapa itu terjadi" Hujatnya sambil kedua tangannya memegang kepala.
Tak lama setelah kejadian itu justru ia lari dariku, ia pergi entah kemana, menghilang tanpa ada yang tahu. Kesedihan makanan harianku, kekecewaan memenjarakan ku, serasa tiada kehidupan lagi bagiku.
Belum dapat ku berkesimpulan, jika aku telah mengandung anaknya, sampai kuberanikan diri untuk periksakan diri, ku pergi kerumah sakit dan ku coba periksakan. Proses itu pun ku jalani sampai selesai dan aku tetap seorang diri menanggung semua.
Kenyataan yang berbanding terbalik dari kesimpulan kosongku, keadaan yang cukup menjadikan tanda tanya. Ternyata saat ku baca hasil pemeriksaan dari sang dokter.... "Negatif" ku baca sekali lagi "Negatif" ketiga kalinya ku minta dokter menjelaskan secara medis "sebenarnya apa yang terjadi pada saya dok?" "Benar saya tidak hamil" pertanyaan keheranan yang bercercaan.
"Tidak" jawab doter dengan santun.
"Kamu hanya mengalami keletihan" sehingga beberapa sel darah menggumpal tidak keluar pada bulan ini, tapi tenang entar saya kasih resep, untuk ditebus obatnya, haid kamu besok pasti akan lancar" penjelasan dokter dengan wajah teduhnya.
Sejak saat itu ku tak percaya lagi pada laki-laki, semua lelaki dalam penilaianku munafik di depanya saja, menawarkan keindahan untuk dapatkan kenikmatan, setelah semua ia dapatkan pergi entah kemana.
Begitu indah kemunafikan yang ia gambarkan, semua menjadi sesuatu yang tak pernah ku percaya. Laki-laki mengedepankan nafsunya, beratasnamakan cinta, ia akan merenggut keprawanan dan lari dari kenyataan. Pesanku "Pangan pernah lakukan sebelum ada ikatan penikahan"
By: cairudin
inspirasi dari cerita kawan yang belum ketahui wajahnya..
Hari-hari kami jalani serasa tiada beban, penuh pengorbanan, keceriaan, semua aturan serasa tiada, norma hukum, agama entah kemana, tak peduli tempat umum, atau dimana pun, kami berbagi kemesraan. Terlihat irih berpasang-pasang mata, sedikit curiga, atas ulah kami berdua. Wajah curiga itu masih terus memandang, sampai gandengan tangan terlepaskan.
Sampai saat yang tak terlupakan hingga sekarang, kami lakukan dosa terindah, surga dunia kata para pecinta, kami lakukan dengan tanpa sengaja, menjadi candu dalam keseharian, melupakan diri bahwa kami tiada ikatan pernikahan.
Memang aku sadari cowok ku lebih agresif, lebih menuntutku untuk selalu pasrah, menyerahkan jiwa dan segala yang ku punya. Sedikit ku peringatkan "jangan sekarang, kita melakukan" wajah kecewanya begitu tampak, 'nafsu' cintanya menjadi amarah kecewa.
Jika sudah demikian tak mampu lagi ku melihat ia kecewa, tak mampu ku sakiti hatinya, tak mampu jika ia akan pergi karena kecewa padaku. Hal yang paling ku takutkan dia pergi meninggalkan ku, meninggalkan kebahagiaan yang telah lama kita susun bersama.
Ku bujuk rayu wajah kecewa, dengan pelukan mesra dari belakang, "Jangan begitu yank" ucapku.
"Kita akan lakukan segalanya ketika ikatan sudah ada" imbuhku tepat dibelakang telinganya, sambil kedua tanganku memeluk melingkar diperutnya. Kemuadian ia membalikan tubuhnya dan memeluku balik, kami saling berpelukan, serasa hangat tubuh itu merayapi semua pori.
Ku resapi dekapan itu, ku rasakan cintanya, ku rasakan segalanya, dalam kenikmatan tanpa ku sadari bibirnya telah mencumbuhi leher kiriku, tak mampu lagi ku menolak, diri ku telah hanyut dalam ambisi asmara bercinta, justru ku balik menciuminya. Tanganya bergeser kebawah masuk dalam kemaluan, benar-benar tak ku sadari semua berlangsung begitu indah. Sepertiga malam yang kita selesaikan dalam percintaan.
---*---
Setelah kejadian malam itu sering kami lakukan hal serupa pada hari-hari berikutnya, sebgaimana orang telah memiliki ikatan nikah.
Sampai saat ku sadari bahwa telah dua bulan hal itu kami lakukan, sampai saat kecewa melanda dada ketika ku katakan padanya aku tak keluarkan darah. Tapi bukan bahagia yang ku dapatkan ketakutan dan ketidakterimaan, lelaki ku justru mencaciku "Kenapa itu terjadi" Hujatnya sambil kedua tangannya memegang kepala.
Tak lama setelah kejadian itu justru ia lari dariku, ia pergi entah kemana, menghilang tanpa ada yang tahu. Kesedihan makanan harianku, kekecewaan memenjarakan ku, serasa tiada kehidupan lagi bagiku.
Belum dapat ku berkesimpulan, jika aku telah mengandung anaknya, sampai kuberanikan diri untuk periksakan diri, ku pergi kerumah sakit dan ku coba periksakan. Proses itu pun ku jalani sampai selesai dan aku tetap seorang diri menanggung semua.
Kenyataan yang berbanding terbalik dari kesimpulan kosongku, keadaan yang cukup menjadikan tanda tanya. Ternyata saat ku baca hasil pemeriksaan dari sang dokter.... "Negatif" ku baca sekali lagi "Negatif" ketiga kalinya ku minta dokter menjelaskan secara medis "sebenarnya apa yang terjadi pada saya dok?" "Benar saya tidak hamil" pertanyaan keheranan yang bercercaan.
"Tidak" jawab doter dengan santun.
"Kamu hanya mengalami keletihan" sehingga beberapa sel darah menggumpal tidak keluar pada bulan ini, tapi tenang entar saya kasih resep, untuk ditebus obatnya, haid kamu besok pasti akan lancar" penjelasan dokter dengan wajah teduhnya.
Sejak saat itu ku tak percaya lagi pada laki-laki, semua lelaki dalam penilaianku munafik di depanya saja, menawarkan keindahan untuk dapatkan kenikmatan, setelah semua ia dapatkan pergi entah kemana.
Begitu indah kemunafikan yang ia gambarkan, semua menjadi sesuatu yang tak pernah ku percaya. Laki-laki mengedepankan nafsunya, beratasnamakan cinta, ia akan merenggut keprawanan dan lari dari kenyataan. Pesanku "Pangan pernah lakukan sebelum ada ikatan penikahan"
By: cairudin
inspirasi dari cerita kawan yang belum ketahui wajahnya..
Bersama Malam
Berteman malam, untuk menciptakan...
Bersahabat keheningan, untuk kedamaian..
Berkawan gelap, untuk melupakan...
Bersaudara rembulan untuk penerangan...
Biarkan diri melangkah, biarkan semua bebas..
Izikan diri berlari, sembunyi dibalik caci dan maki...
Sejauh usaha dan langkah menjapainya....
Jika semua tiada, baru engkau ketahui dimana...
23 Desember 2012
Bersahabat keheningan, untuk kedamaian..
Berkawan gelap, untuk melupakan...
Bersaudara rembulan untuk penerangan...
Biarkan diri melangkah, biarkan semua bebas..
Izikan diri berlari, sembunyi dibalik caci dan maki...
Sejauh usaha dan langkah menjapainya....
Jika semua tiada, baru engkau ketahui dimana...
23 Desember 2012
Rabu, 19 Desember 2012
Semangat Pagi "Desa"
Begitu semangat si embah...
pagi2 sebelum mentari terbagun sudah siapkan nasi...
"untuk para pekerja disawah" ktanya..
baru saja ku buka mata dan cuci muka ...
"sarapan cung" tawaran si embah
"mangke krien, tasek dereng sekeco maem, keenjiangan" jawabku ....
cukup luar biasa, kehidupan masyarakat desa, begitu semangat, melebihi mentari
kehidupan pekerja cukup bahagia....
sebentar berkeja, sudah dikirim makan, upah yang didapatkan juga cukup mensejahterakan...
sayang memang tidak dalam keseharian, demikian.
jauh dengan buruh kota berkerja pagi, bisa makan sianga, berangkat malam, pagi baru bisa makan, berangkan siang, malam baru bisa makan.
upah hanya bisa untuk bertahan, tak mampu menggapai kesejahteraan...
meski dalam keseharian, ada pekerjaan, itu juga melelahkan...
kota-desa, hampir sama, tinggal pilih mana yang kita suka...!!
Semua telah dikuasi oleh kaum serakah, pilih di kuduanya sama saja, kerja lebih dan lebur harus menjadi kehrusan yang tidak mungkin dihindarkan untuk memnuhi semua kebutuhan.
Sebagaimana semangat Sie Embah dalam memperjuangkan hidupnya, bermodal lahan sawah dan ladang, bertahan sendirian, setelah si kakek meninggalkanya, beristirahat dalam takdir manusia yang semua pasti akan mengalami, "kematian".
dua Anaknya yang sudah berkeluarga dan mandiri, hanya mengunjungi ketika liburan tiba, maklum mereka sudah menjadi para pejabat pemerintah yang hanya memiliki kesempatan ketika liburan untuk melihat orang tua tercintanya.
Dalam Sandiwara pemikiran didink hanya bisa mengambil, pelajaran atas apa yang dilihat dan rasakan. Pertama: Mengambil semangat hidup si embah, dalam memnuhi apa yang heharusnya bukan tanggung jwabnya, meski itu dirinya sendiri.
"anak-anaknyalah yang harus memanjakan beliau" tegur didink dalam hati.
kedua: Sesama orang biasa dan susah, saling berbagi bahagia dalam kebersamaan, berbagi senyum dan rizki yang dimiliki, Menjujung tinggi para pekerja yang menjadi tumpuhan kehidupan.
"bos atau juragan, bukanlah Tuhan yang bisa berkehendak kepada para pekerjanya dengan sesukanya, memulyakan mereka merupakan tindakan manusia sebagai kholifah dinia" pesan didink untuk mengingatkan kesombonganya, yang sewaktu-waktu muncul, seperti rerumputan pada musim hujan.
Ketiga: Desa dan kota sama saja, dalam lingkup penguasa yang serakah yang akan jadikan kesengsaraan, kota dan desa saling keterkaitan antara kedunya.
Orang desa tidak harus berbondong-bondong kekota untuk mencari uang dan pekerjaan, desa penuh pekerjaan untuk pengembangan dan meningkatkan penghasilan.
"mungkin kita masih keterbatasan untuk melihat kemampuan diri, mengembangkan apa yang dimiliki, memberikan yang berarti untuk sekitar" dalam hati didink untuk mengingatkan langkah kakinya dalam menjalani kehidupan.
Semua memang dari dalam diri manusia masing-masing, diri yang merdeka bisa mengkondisikan alam sekitarnya, untuk kemanfatan yang berkelanjutan. Meski itu kota atau desa, semua tempat istemewa, bagian terkecil dalam alam raya.
Didink kembali mengarungi detik kehidupanya, melankah menuju pintu dan keluar menghirup udara segar, mesakan hangatnya mentari, menikmati setiap sudaut perjalanan, menuju ladang.
20 Desember 2012
Selasa, 18 Desember 2012
Petani Damai part 2
Memang ucapan beliau hanya sekilas namun penuh pesan kegelisahan, semua diluar banyangan kedamaian dan keindahan yang tampak. Sebagai seorang buruh tani hanya mampu memutar sendi sampai letih, orang lain yang merasakan hasil tetesan keringat.
"regine mes awis, hasil panenipun murah, mboten seimbang" penjelsan beliau
Masih banyak jelas beliau mengunakan bahasa jawa, sengaja tidak penulis paparkan terlalu banyak. intinya pak tani mengambarkan kehidupanya hanya berputar, seperti roda mesin, sedangkan hasilnya yang menikmati orang lain. Kerja kerasnya belum seimbang dengan penghasilan yang didapatkan. Untuk menambah penghasilan harus dengan memiliki binatang periaraan kayak: ayam, kambing atau sapi.
Paginya berkerja diladang dan sorenya harus mencari rumput, untuk makan ternak. Karena jika cuma bergantung pada hasil panen harus meninggu tiga sampai empat bulan, sedangkan kebutuhan sehari-hari harus terpenuhi, belum kebutuhan mingguan dan bulanan. Ya, dari binatang periaraan ini disandarkan kebutuhan.
Sekilas dalam pikiran tercurah penafsiran dan kesimpulan, kehidupan pertanian yang seharusnya dimulyakan, hanya sekilas dibuat mainan, mereka yang tega (kaum serakah). Mereka terlihat berkerja diladang hanya sebagai hiburan dan rutinitas yang harus dijalani, agar masyarakat yang lainya bisa tetap makan, menstabilkan ekonomi negeri.Tapi tidak ada oenghargaan dari mereka yang setiap hari makan dari keringat para petani, justru kaum serakah memono poli pupuk dan hasil panen agar dapatkan laba sebanyak-banyaknya.
"Semoga tidak terjadi, maslahat lebih diutamakan" asumsi negatifku bergentayangan, andaikan para petani mogok tidak menanam padi, jagung, kedelai dan lainya, masyarakat akan makan apa, beruntung mereka tidak melakukan hal itu, meski kesadaran politiknya sudah sampai kesitu.
Bersambung..
"regine mes awis, hasil panenipun murah, mboten seimbang" penjelsan beliau
Masih banyak jelas beliau mengunakan bahasa jawa, sengaja tidak penulis paparkan terlalu banyak. intinya pak tani mengambarkan kehidupanya hanya berputar, seperti roda mesin, sedangkan hasilnya yang menikmati orang lain. Kerja kerasnya belum seimbang dengan penghasilan yang didapatkan. Untuk menambah penghasilan harus dengan memiliki binatang periaraan kayak: ayam, kambing atau sapi.
Paginya berkerja diladang dan sorenya harus mencari rumput, untuk makan ternak. Karena jika cuma bergantung pada hasil panen harus meninggu tiga sampai empat bulan, sedangkan kebutuhan sehari-hari harus terpenuhi, belum kebutuhan mingguan dan bulanan. Ya, dari binatang periaraan ini disandarkan kebutuhan.
Sekilas dalam pikiran tercurah penafsiran dan kesimpulan, kehidupan pertanian yang seharusnya dimulyakan, hanya sekilas dibuat mainan, mereka yang tega (kaum serakah). Mereka terlihat berkerja diladang hanya sebagai hiburan dan rutinitas yang harus dijalani, agar masyarakat yang lainya bisa tetap makan, menstabilkan ekonomi negeri.Tapi tidak ada oenghargaan dari mereka yang setiap hari makan dari keringat para petani, justru kaum serakah memono poli pupuk dan hasil panen agar dapatkan laba sebanyak-banyaknya.
"Semoga tidak terjadi, maslahat lebih diutamakan" asumsi negatifku bergentayangan, andaikan para petani mogok tidak menanam padi, jagung, kedelai dan lainya, masyarakat akan makan apa, beruntung mereka tidak melakukan hal itu, meski kesadaran politiknya sudah sampai kesitu.
Bersambung..
Senin, 17 Desember 2012
Petani Dalam Gelisah yang Tersembunyi
Pagi yang indah, mentari yang mulai tebarkan semnyum pada umat manuisa mulai membukakan mata. Udara sejuk yang menerpa setiap pori tak mampu terlupa dalam dada. Embun yang belum berlari, sorotkan pantulan seperti kemerlip bintang.
Desa yang hijauh, bukit-bukit cincin desa membentengi sejahterah.
Para petani mulai berkerja, menuju sawah dan ladang untuk tanamanya, demi menghidupi keluarga dan sanak-saudara, demi keberlangsungan ekonomi Negeri. Semua mereka jalani dengan semangat, bermodal cangkul dan sabit, tenaga dan semangat sebagi pusat energi. Demi sebuh karya hasil panen yang melimpah.
Dari sudut atas, diri hanya bisa memangdang riang "sungguh luar biasa, alam mendidik mereka" gerutu dalam dada. Sudut mata ku biarkan berlari liar menangkap semua keindahan, pikiran hanya bisa mengimbagi dan menikmati, hati meresapi dengan syukur pada Illahi. Sepasang kaki membawa tubuh untuk terus mengikuti penasaran, mencapai titik penangkapan dalam kesempurnaan keindahan.
Memang saat itu jalan-jalan pagi, ketika bermain kerumah teman yang tinggal di pegunungan. Pagi setelahnya menginap, meski dalam semalam kedinginan, saat mentari menyapa, tak ingin lewatkan kesempatan. Menangkap kehangatan dengan berjalan-jalan ke ladang dan sawah di pinggir desa.
Kudapati senyum dan sapa para warga, rasa bahagia yang diungkapkan dengan sederhana, meski para semut setiap saat melakukanya, Ku temukan pemandangan itu disini. Tak hanya kesempurnaan alam, pekerti tingkah masyarkatnya juga menentukan keberlangsungan kelompok ini.
"badhe, pundi mas....?"
sapa seorang warga yang bertepatan dijalan, dengan bahasa jawa yang sopan.
"mlampah-mlampah dateng saben"
jawabku dengan senyum dan sedikit terbata-bata, karena lama tidak menganal bahasa jawa yang lebih halus, hanya sekilas-sekilas teringat pelajaran muatan lokal ketika masih sekolah dasar.
"Monggo, menawi sareng, niki ngeh badhe ten saben" imbuh petani itu, dengan menawarkan diri untuk membonceng ku dengan sepeda buntut dalam perjalanan.
Akhirnya kita juga berangkat bersama, dalam perjalanan sempat kita saling bertanya, lebih banyak saya yang mencerca pertanyaan, Pak tani itu menjawab dengan penuh nilai kehidupan dan kejujuran atas apa yang telah dirasakan.
"kadhose sampun badhe panen, wulan ngajeng pak...katah rizkine, manton niki?" Aku bertanya dengan sedikit bentuk pernyataan, agar beliau mengungkapkan apa yang dirasakan.
"Amien, Enggih, awal wulan ngajeng pun panen, tapi sami mawon mas, nasib e tiang alit, panen kaleh biayae sami larange, petani alit kados kulu moten saget sogeh mas" jawab pak tani itu.
"Tapi sugeh, pahala pak" sahutku dengan segera dengan intonasi bahasa bercanda dan berhias tawa, mencoba menghibur, mengikis rasa kecewa"...
Beliau menggambarkan keadaan panen yang tidak seimbang dengan biaya produksi, hasil panen hanya bisa menutupi kebutuhan produksi tanam lagi, jika ada kebutuhan yang mendadak juga hutang.
bersambung...
Desa yang hijauh, bukit-bukit cincin desa membentengi sejahterah.
Para petani mulai berkerja, menuju sawah dan ladang untuk tanamanya, demi menghidupi keluarga dan sanak-saudara, demi keberlangsungan ekonomi Negeri. Semua mereka jalani dengan semangat, bermodal cangkul dan sabit, tenaga dan semangat sebagi pusat energi. Demi sebuh karya hasil panen yang melimpah.
Dari sudut atas, diri hanya bisa memangdang riang "sungguh luar biasa, alam mendidik mereka" gerutu dalam dada. Sudut mata ku biarkan berlari liar menangkap semua keindahan, pikiran hanya bisa mengimbagi dan menikmati, hati meresapi dengan syukur pada Illahi. Sepasang kaki membawa tubuh untuk terus mengikuti penasaran, mencapai titik penangkapan dalam kesempurnaan keindahan.
Memang saat itu jalan-jalan pagi, ketika bermain kerumah teman yang tinggal di pegunungan. Pagi setelahnya menginap, meski dalam semalam kedinginan, saat mentari menyapa, tak ingin lewatkan kesempatan. Menangkap kehangatan dengan berjalan-jalan ke ladang dan sawah di pinggir desa.
Kudapati senyum dan sapa para warga, rasa bahagia yang diungkapkan dengan sederhana, meski para semut setiap saat melakukanya, Ku temukan pemandangan itu disini. Tak hanya kesempurnaan alam, pekerti tingkah masyarkatnya juga menentukan keberlangsungan kelompok ini.
"badhe, pundi mas....?"
sapa seorang warga yang bertepatan dijalan, dengan bahasa jawa yang sopan.
"mlampah-mlampah dateng saben"
jawabku dengan senyum dan sedikit terbata-bata, karena lama tidak menganal bahasa jawa yang lebih halus, hanya sekilas-sekilas teringat pelajaran muatan lokal ketika masih sekolah dasar.
"Monggo, menawi sareng, niki ngeh badhe ten saben" imbuh petani itu, dengan menawarkan diri untuk membonceng ku dengan sepeda buntut dalam perjalanan.
Akhirnya kita juga berangkat bersama, dalam perjalanan sempat kita saling bertanya, lebih banyak saya yang mencerca pertanyaan, Pak tani itu menjawab dengan penuh nilai kehidupan dan kejujuran atas apa yang telah dirasakan.
"kadhose sampun badhe panen, wulan ngajeng pak...katah rizkine, manton niki?" Aku bertanya dengan sedikit bentuk pernyataan, agar beliau mengungkapkan apa yang dirasakan.
"Amien, Enggih, awal wulan ngajeng pun panen, tapi sami mawon mas, nasib e tiang alit, panen kaleh biayae sami larange, petani alit kados kulu moten saget sogeh mas" jawab pak tani itu.
"Tapi sugeh, pahala pak" sahutku dengan segera dengan intonasi bahasa bercanda dan berhias tawa, mencoba menghibur, mengikis rasa kecewa"...
Beliau menggambarkan keadaan panen yang tidak seimbang dengan biaya produksi, hasil panen hanya bisa menutupi kebutuhan produksi tanam lagi, jika ada kebutuhan yang mendadak juga hutang.
bersambung...
Langkah Hidup "Meringankan"
Dalam pagi yang bersolek, mengejar diri mencari Rizki, demi tuntutan perut tercukupi. Tidak hanya butuh sebuah pemikiran dan analisa untuk menggapai semua, sebuah semangat dan menikmati segala rasa yang diterpa merupakan keindahan.
Setiap manusia pasti memliki tuntutan untuk bertahan hidup, mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena hidup tidak cukup dengan berdiam diri kemudian kita dapatkan semua yang kita butuhkan. Jika demikian pastinya bukan manusia biasa, semua butuh kerja untuk memenuhi berpenghasilan dan dapakan kebutuhan.
Memang berat semua untuk dilakukan, karena belum menjadi kebiasaan, semua jika sudah biasa maka tidak ada rasanya, baik itu berat atau sulit. Awalnya biasanya kita takut akan dicaci, atau dianggap buruk oleh orang lain, hal ini yang akhirnya menjatuhkan mental kita untuk melakukan sesuatau padahal itu untuk diri kita sendiri dan kita sendiri yang melakukan, "orang lain hanya bisa menilai, memuji atau memaki".
Ada peristiwa aneh tapi jika sudah dibiasakan tidak ada yang komentar lagi, KH. Jamaluddi Ahmad mencontohkan: seorang kyai suatu pagi menyapu halaman pesantren, pada awal sang kyai melakukan hal itu semua santri pada heran kenapa kyai tidak menyuruh pada para santri saja, pada hari kedua kyai itu juga menyapu halaman pesantren lagi, para santri hanya bisa bilang "kok kyai melakukanya lagi". kemuadian pada hari yang ketiga, kyai melakukan hal yang serupa, santri hanya bisa mengatakan dalam hatinya "mungkin ini amal istiqomah yang dilakukan kyai". Kemudian pada hari-hari selanjutnya sudah tidak ada yang berkomentar atau mengganjal lagi.
Dari contoh ini kita bisa mengambil nilai: pertama, jika kita malu atau takut dikatakan hina dalam melalkukan sesuatu yang kita yakini mampu dan benar maka lakukan saja, ucapan negatif itu akan habis dalam dua tiga hari. Kedua, Sesuatu yang berat atau sulit ketika kita melakukannya setiap hari dan konsisten, maka akan semakin mudah. Ketiga, orang lain hanya mampu melihat sesuatu dari luarnya saja, dalamnya sebuah pekerjaan adalah dalam diri kita sendiri.
Semoga semangat dalam menjalani hidup keseharian, menjadi pelang kehidupan, dengan cahaya bahagia, kita ayunkan langkah untuk memulai hari ini, mengambil setiap sendiri pelajaran kehidupan, menuai penglaman dalam setiap langkah, menuliskan dalam sejarah kehidupan. Semua orang pasti mampu untuk melakuka apa yang dibutuhkanya...
Cairudin:18des2012
Setiap manusia pasti memliki tuntutan untuk bertahan hidup, mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena hidup tidak cukup dengan berdiam diri kemudian kita dapatkan semua yang kita butuhkan. Jika demikian pastinya bukan manusia biasa, semua butuh kerja untuk memenuhi berpenghasilan dan dapakan kebutuhan.
Memang berat semua untuk dilakukan, karena belum menjadi kebiasaan, semua jika sudah biasa maka tidak ada rasanya, baik itu berat atau sulit. Awalnya biasanya kita takut akan dicaci, atau dianggap buruk oleh orang lain, hal ini yang akhirnya menjatuhkan mental kita untuk melakukan sesuatau padahal itu untuk diri kita sendiri dan kita sendiri yang melakukan, "orang lain hanya bisa menilai, memuji atau memaki".
Ada peristiwa aneh tapi jika sudah dibiasakan tidak ada yang komentar lagi, KH. Jamaluddi Ahmad mencontohkan: seorang kyai suatu pagi menyapu halaman pesantren, pada awal sang kyai melakukan hal itu semua santri pada heran kenapa kyai tidak menyuruh pada para santri saja, pada hari kedua kyai itu juga menyapu halaman pesantren lagi, para santri hanya bisa bilang "kok kyai melakukanya lagi". kemuadian pada hari yang ketiga, kyai melakukan hal yang serupa, santri hanya bisa mengatakan dalam hatinya "mungkin ini amal istiqomah yang dilakukan kyai". Kemudian pada hari-hari selanjutnya sudah tidak ada yang berkomentar atau mengganjal lagi.
Dari contoh ini kita bisa mengambil nilai: pertama, jika kita malu atau takut dikatakan hina dalam melalkukan sesuatu yang kita yakini mampu dan benar maka lakukan saja, ucapan negatif itu akan habis dalam dua tiga hari. Kedua, Sesuatu yang berat atau sulit ketika kita melakukannya setiap hari dan konsisten, maka akan semakin mudah. Ketiga, orang lain hanya mampu melihat sesuatu dari luarnya saja, dalamnya sebuah pekerjaan adalah dalam diri kita sendiri.
Semoga semangat dalam menjalani hidup keseharian, menjadi pelang kehidupan, dengan cahaya bahagia, kita ayunkan langkah untuk memulai hari ini, mengambil setiap sendiri pelajaran kehidupan, menuai penglaman dalam setiap langkah, menuliskan dalam sejarah kehidupan. Semua orang pasti mampu untuk melakuka apa yang dibutuhkanya...
Cairudin:18des2012
Kamis, 13 Desember 2012
Sejarah Bahagia
Hari telah beranjak mengapai siang
Pada ujung waktu, bersembunyi di balik kabut hitam
Sang mentari mengurung diri
Meski dia bercahaya tapi bukan untuk Ku
Dalam siang yang penuh bahagia untuk mereka
Berhasil meletakkan diri
Pada titik yang bisa dinikmati
Ini harinya, buka miliku lagi
Sebatas kenangan hari yang menyenangkan
Butiran senyum sejarah yang indah
Inilah mutiara Untuk mereka
Yang berhasil Menikmatinya.....
14 desember 2012
Pada ujung waktu, bersembunyi di balik kabut hitam
Sang mentari mengurung diri
Meski dia bercahaya tapi bukan untuk Ku
Dalam siang yang penuh bahagia untuk mereka
Berhasil meletakkan diri
Pada titik yang bisa dinikmati
Ini harinya, buka miliku lagi
Sebatas kenangan hari yang menyenangkan
Butiran senyum sejarah yang indah
Inilah mutiara Untuk mereka
Yang berhasil Menikmatinya.....
14 desember 2012
Sukses "Itu "
"Orang bilang banyak cara untuk mencapai kesuksesan", tapi pernahkah kita menayakan pada diri kita sebenarnya dimana letak kesuksesan kita..? Bukankah selama ini kita sudah berusaha untuk mencapai sebuah ukuran yang dinamakan sukses itu sendiri. Dalam arti umum sukses dikatakan difinisiakan, orang yang terkenal, orang yang banyak uang orang yang segala keinginanya bisa diwujudkan. Jika memang demikian mendekati Kuasa Tuhan bisa memwujudkan segalanya. hehe
Kayanya bukan demikia yang dinamakan sukses, sukses adalah sebuah pencapaian, ya sebuah pencapaian diri atas tujuan yang telah kita tentukan sendiri, bukan ukuran orang lain, meski kadang orang lain memandang diri kita tidak sukses atas apa yang telah kita lakukan, tapi jika yang kita lakukan itu merupakan langkah yang telah kita tentukan dalam menggapai tujuan dan tujuan kita tercapi, itu baru yang di namakan sukses. Bisa juga diarti kan sukses dalam arti sederhananya keberhasilan.
Sering kita lupa bahkan salah dalam mengartikan kesuksesan, kesuksesan yang di ukur dari pandangan orang lain yang menilai apa yang telah kita lakukan dan kita hasilkan, padahal orang lain tersebut tidak mengetahui apakah dalam proses mengapai hal tersebut kita mengalami kesulitan, kecenuhan, kegagalan, kesalahan, dan sebagainya. Jadi kesusksesan itu ada di tangan kita masing masing bukan orang lain, orang lain hanya bisa mengasumsikan dan menilai secara cover saja, belum mampu melihat secara mendalam atas apa yang kita lakukan dan kita raih. kecuali jika kita memberikan pemahaman kepadanya dengan meceritakan.
Untuj itu mari kita tentukan tujuan yang ingin kita gapai, waktu, dan langkah-langkah usahanya, agar semua yang kita tentukan bisa tercapai.....
Dalam ukuran kita sendiri, Semoga bahagia yang kita dapati
Kayanya bukan demikia yang dinamakan sukses, sukses adalah sebuah pencapaian, ya sebuah pencapaian diri atas tujuan yang telah kita tentukan sendiri, bukan ukuran orang lain, meski kadang orang lain memandang diri kita tidak sukses atas apa yang telah kita lakukan, tapi jika yang kita lakukan itu merupakan langkah yang telah kita tentukan dalam menggapai tujuan dan tujuan kita tercapi, itu baru yang di namakan sukses. Bisa juga diarti kan sukses dalam arti sederhananya keberhasilan.
Sering kita lupa bahkan salah dalam mengartikan kesuksesan, kesuksesan yang di ukur dari pandangan orang lain yang menilai apa yang telah kita lakukan dan kita hasilkan, padahal orang lain tersebut tidak mengetahui apakah dalam proses mengapai hal tersebut kita mengalami kesulitan, kecenuhan, kegagalan, kesalahan, dan sebagainya. Jadi kesusksesan itu ada di tangan kita masing masing bukan orang lain, orang lain hanya bisa mengasumsikan dan menilai secara cover saja, belum mampu melihat secara mendalam atas apa yang kita lakukan dan kita raih. kecuali jika kita memberikan pemahaman kepadanya dengan meceritakan.
Untuj itu mari kita tentukan tujuan yang ingin kita gapai, waktu, dan langkah-langkah usahanya, agar semua yang kita tentukan bisa tercapai.....
Dalam ukuran kita sendiri, Semoga bahagia yang kita dapati
Langkah Dada
Dalam jurang kehidupan, meski kehendak Tuhan
Meraba apa yang bisa dilakukan...
Mencari muara tujuan
Berlari bersama detik waktu
Melangkah dalam hari-hari
Tiada selesai, Sebelum Nadi terhenti
Terus dan Terus Berlari
Samapai temukan ujung untuk menjadi...???
Sekarang hanya bisa merasakan tanda tanya
Merasakan indah dalam setiap detak dada
Menikmati setiap apa yang memungkiri
Mengaisi sepi dalam sendiri
Meski mengetahui banyak yang menanti diri sampai
Finis perjalanan masih belum kelihatan
Menemukan apa yang telah menjadi tujuan
Berjalan dan terus berjalan....
14 Desember 2012
Meraba apa yang bisa dilakukan...
Mencari muara tujuan
Berlari bersama detik waktu
Melangkah dalam hari-hari
Tiada selesai, Sebelum Nadi terhenti
Terus dan Terus Berlari
Samapai temukan ujung untuk menjadi...???
Sekarang hanya bisa merasakan tanda tanya
Merasakan indah dalam setiap detak dada
Menikmati setiap apa yang memungkiri
Mengaisi sepi dalam sendiri
Meski mengetahui banyak yang menanti diri sampai
Finis perjalanan masih belum kelihatan
Menemukan apa yang telah menjadi tujuan
Berjalan dan terus berjalan....
14 Desember 2012
Hari Yang Sama
Hamparan dan nyanyian bahagia masih jauh di Alam sana....
Langka-langkah hanya bisa menjadi iringan nada tak beraturan..
Tanpa tujuan semua terlaksanakan..
Tanpa hasil bahagia atau kecewa .....
Sama saja dengan kemarin yang hampa...
14 Desember 2012
Langka-langkah hanya bisa menjadi iringan nada tak beraturan..
Tanpa tujuan semua terlaksanakan..
Tanpa hasil bahagia atau kecewa .....
Sama saja dengan kemarin yang hampa...
14 Desember 2012
Blogger Interprener "Terbengkalai"
Pengen Ciptakan Sekolah Blogger Interprener, buat naungin kreativitas dan aktualisasi bakat jurnalistik sekalugus membentuk kemandirian seseorang secara ekonomi. Ide ini berlatar belakang dari keadaan diri yang sampai hari ini belum bisa dikatankan mandiri, karena banyak tuntutan hutang dimana-mana, belum lagi usia sudah hampir tua, waktunya lulus menjadi sarjana. Belum lagi kalua menjadi sarjana pengangguran, atau pekerja dengan gaji murah, lebih miris lagi tidak ingin lah seperti digambarkan oleh iwan fals dalam lagunya "sarjana mudah".
Sebenarnya usia lima belas bagi cowok sudah seharunya mandiri secara ekonomi, tidak selalu bergantung pada uluran tangan orang tua, namun kebanyakan orang tua tidak tega melihat anaknya berkerja kasar dengan upah yang cukup rendah, belum lagi tututan melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi SMA dan Kuliah. Pastinya tidak akan mampu seorang diri untuk membiayai itu semua. Tapi lebih miris lagi kalau semua biaya hidup dan biaya pendidikan kita digantungkan pada uluran tangan kantong orang tua dan hal itu mayoritas dilakuakan masyarakat Indonesia. Tidak jauh-jauh penulis sendiri juga demikian. hehe
Dari latar belakang ini penulis pengen sekali mendirikan sekolah blogger interpreaner, sempat digagas bersama kawan irvan hadzuka, dan akan direalisasikan pada bulan agustus tahun 2012 kemarin tapi sayang banyak unsur lain, yang belum mendukung. salah satunya penulis terbentur dengan tugas akhir alias skripsi. Akhirnya sampai sekarang hanya mampu bersarang dipikiran.
Ingin sekali terwujud sebuah ide sederhana ini, agar anak usia SMP sudah mampu mandiri secara ekonomi dan memiliki karya yang bisa membanggakan orang tua, meski tidak menuntut kemungkinan untuk kalangan diatasnya: SMA, MAHASISWA, Guru Dosen Dsb. Guna membantu perekonomian dan aktualisasi kreatifitas diri.
Sebenaranya masih banya rincian dari konsepsi sekolah ini, namun belum juga tertuang dalam bentuk tulisan modul dan media pembelajaran yang lain juga belum. Apalagi masalah dana ini yang lebih berat.
Sekian dulu tulisanya, kalau ada waktu penulis sambung lagi, kalau ada yang mendukung mari kita kerjakan bersama yang pastinya penulis harapkan bisa menciptakan kemandirian diri dan wadah kreatifitas tanpa batas.
semoga bermanfaat.... Amien..3x
Sekian dulu tulisanya, kalau ada waktu penulis sambung lagi, kalau ada yang mendukung mari kita kerjakan bersama yang pastinya penulis harapkan bisa menciptakan kemandirian diri dan wadah kreatifitas tanpa batas.
semoga bermanfaat.... Amien..3x
Rabu, 12 Desember 2012
Partisipasi Mahasiswa: PILREK Uin Maliki Malang 2012
Telah menjadi tradisi ketika sebuah jabatan diperebutkan, harus melewati beberapa gesekan untuk para calon yang akan menduduki, kecuali pemilihan ketua Kelas.
Dalam perebutan jabatan, apalagi rektor sebuah universitas yang sudah cukup besar dan berlebel Negeri, memiliki ribuan mahasiswa, secara tidak langsung pemegang pusat kebijakan akan mendapatkan ungtung yang cukup besar, baik secara finansial atau pun ketenaran dan pengalaman lain.
Sebuah posisi yang sangat penting Rektor, pastinya mengundang banyak kepentingan, baik bersifat individu kelompok atau golongan yang berada dalam citivitas akademik Uin malang. Kepenting para personal birokrasi untuk lebih produktif menaikan jabatan dan Proyek-proyek lain, kepentingan golongan, omek rasis yang masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengan para calon, baik HMI, PMII, IMM, KAMMI dsb. kepentingan kelompok yakni, kelompok yang paling besar adalah mahasiswa yang justru dikesampingkan, padahal kita adalah sebagai objek dari kampus. Informasi secara rinci tentang pemilihan rektor kita tertutup rapi. Dengan bahasa lain mahasiswa dibutakan secara politik (kerbau-kerbau yang dicocol hidungnya).
Hal ini salah satunya yang mengundang beberapa aksi mahasiswa untuk diikutsertakan dalam pesta pemilihan rektor tersebut, namun hal itu juga masih cukup kurang kuat, karena secara sistem pelilihan dan kebijakan birokrasi memang sudah diatur sedemikian.
Foto Para Calon Rektor
Aksi Mahasiswa
Kematian Hak Politik Mahasiswa
Aksi yang dilakukan mahsiswa dengan mengatasnamakan KBMU (keluarga besar mahasiswa UIN Maliki Malang) bertujuan untuk membangun kesadaran politik mahasiswa yang lain yang tidak mengikuti aksi, sekaligus ofos ketaran publik untuk diangkat dalam media.
Namun yang lebih penting dalam aksi mahasiswa ini, yakni: terkait tuntutan mereka yang di tujukan kepada ketua panitia pemilihan rektor tapi secara maksud adalah memastikan hak politik mahasiswa kepada para calon rektor yang akan duduk di kursi selama satu periode jabatan.
Adapun beberapa tuntutan mahasiswa yang tergabung dalam KBMU, untuk KPU adalah: sosialisasi pemilihan rektor secara menyeluruh, kemudian untuk para calon addalah : Para calon jika terpilih menjadi rektor, maka tidak boleh menaikan uang SPP dan punngutan uang yang lainya, kedua adanya transparasi pendanaan seriap satu tahun harus ada tranpsrasi secara menyeluruh pada warga UIN Malang, ketiga melibatkan mahasiswa dalam setiap kebijakan yang menyengkut dengan kepentingan mahasiswa, keempat; menghilangkan jam malam PKPBA.
Tuntutan yang cukup realistis melihat keadaan mahasiswa UIN Maliki Sekarang, namun sayangnya belum ada kejelasan dan kekuatan yang kuat dalam tuntutan tersebut, senghingga para birokrasi bisa mengumbar janji agar mahasiswa tidak melakukan tindak anarkis, seperti pada bulan desember tahun lalu sampai kaca rektorat pecah....
Hidup Mahasiswa.....
Selasa, 04 Desember 2012
Hamba dan Harapan
Dalam gelisah pada siapa hati akan berduka...??
Dalam sepi pada siapa mulut akan memaki...??
Dalam Marah pada siapa akan Menghujah...??
Dalam Ambisi Pada siapa akan menghabisi...??
Ketidakterimaan dan Perlawanan Ini masih terlalu dalam...!!
Kegelisahan ini masih menjadi teman setiap hari..!!
Kepada siapa kami harus bersandar...
Semua penuh gelisah dan rasa tidak percaya..
Semua dipunih ambisi menguasai, tapa peduli
Semua dalam tangan-tangan serakah...
Diri hanya bermodal hati yang peduli...
berbenah bersama pikiran dan jiwa
Menapaki jalan keyakinan..
Beramasa mencapai tujuan yang ditentukan...!!
by: cairudin Petung Sewu 04 Desember 2012
Dalam sepi pada siapa mulut akan memaki...??
Dalam Marah pada siapa akan Menghujah...??
Dalam Ambisi Pada siapa akan menghabisi...??
Ketidakterimaan dan Perlawanan Ini masih terlalu dalam...!!
Kegelisahan ini masih menjadi teman setiap hari..!!
Kepada siapa kami harus bersandar...
Semua penuh gelisah dan rasa tidak percaya..
Semua dipunih ambisi menguasai, tapa peduli
Semua dalam tangan-tangan serakah...
Diri hanya bermodal hati yang peduli...
berbenah bersama pikiran dan jiwa
Menapaki jalan keyakinan..
Beramasa mencapai tujuan yang ditentukan...!!
by: cairudin Petung Sewu 04 Desember 2012
Minggu, 04 November 2012
Pasar Tradisional
Saat fajar telah menyambut
Saat ratusan kepala menyambut
Ditempat yang sama, muara uang dan barang
Pasar tradisional, jutaan perut bergantung untuk terpenuhi
Sayur-sayur segar tersaji rapi, pemandangan pagi melegakan hati
Pedanggan dan pembeli bercengkrama untuk negosiasi
Kekeluargaan tak hanya selesai untuk hari ini
Sama terpenuhi, sama untung, dalam senyum bahagia terlaksana kerjasama
Berbagai jenis hasil bumi dijajankan
Memenuhi kebutuhan manusia tiada henti
Untuk mereka "pedagang" mengaisi rizki
Demi keberlangsungan kehidupan sementara
Begitu ramai dan bahagia, senyum sapa
Berbagi tawa tanpa kecewa
Tak berfikir untuk bisa kaya yang penting cukup untuk semua keluarga, kebutuhan penghidupan layak pastinya
Semoga tetap bertahan hingga akhir zaman
Kesegaran telah bertarung melawan kemasan
Harga murah melawan tipuan kemasan yang indah
Beriklan dalam indah fatamorgana
Keuntungan untuk perseorangan bermuara
Disana masih Aku temui hidangan murah
Darinya senyum sapa sesama, teriakan-terikan kecil mengambil bagian semangat
Semangat mempertahankan kebersamaan dan kekeluargaan yang termakan oleh Zaman
malang 05 November 2012
Saat ratusan kepala menyambut
Ditempat yang sama, muara uang dan barang
Pasar tradisional, jutaan perut bergantung untuk terpenuhi
Sayur-sayur segar tersaji rapi, pemandangan pagi melegakan hati
Pedanggan dan pembeli bercengkrama untuk negosiasi
Kekeluargaan tak hanya selesai untuk hari ini
Sama terpenuhi, sama untung, dalam senyum bahagia terlaksana kerjasama
Berbagai jenis hasil bumi dijajankan
Memenuhi kebutuhan manusia tiada henti
Untuk mereka "pedagang" mengaisi rizki
Demi keberlangsungan kehidupan sementara
Begitu ramai dan bahagia, senyum sapa
Berbagi tawa tanpa kecewa
Tak berfikir untuk bisa kaya yang penting cukup untuk semua keluarga, kebutuhan penghidupan layak pastinya
Semoga tetap bertahan hingga akhir zaman
Kesegaran telah bertarung melawan kemasan
Harga murah melawan tipuan kemasan yang indah
Beriklan dalam indah fatamorgana
Keuntungan untuk perseorangan bermuara
Disana masih Aku temui hidangan murah
Darinya senyum sapa sesama, teriakan-terikan kecil mengambil bagian semangat
Semangat mempertahankan kebersamaan dan kekeluargaan yang termakan oleh Zaman
malang 05 November 2012
Sabtu, 03 November 2012
Tetangga, Penarik Sampah
Wajah-wajah yang semangat menyambut pagi
Bersama gerobak sampah mengaisi secuil rizeki
Demi sang istri dan tiga anak bisa makan
Lekung pundak setiap pagi disandari besi
Melangkah bersama waktu, sang besi hancur sendiri
Nasib tetap sama, penarik sampah
Dini pagi, saat fajar menyambut, mengintip keberangkatanmu
Keluargamu masih tertidur pulas
Tanpa ragu melangkah, mengumpulkan sampah pada setiap langkah
Kadang engkau temukan sedikit harga, menghibur hati, tambahan rizki "barang ronsok yang laku dijual"
Sedikit-sedikit ditimbun depan rumah, meski berupa sampah
Itu cukup berharga, pada saatnya menjadi tambahan belanja
Tak mampu menyalahkan pada kenyataan, diri hanya bisa berikan ungkapan simpati
Kebuntuhan, apa yang akan bisa terkerjakan dalam meringankan
Hanya sapa tiada arti yang bisa ku beri
04 november 2012
Bersama gerobak sampah mengaisi secuil rizeki
Demi sang istri dan tiga anak bisa makan
Lekung pundak setiap pagi disandari besi
Melangkah bersama waktu, sang besi hancur sendiri
Nasib tetap sama, penarik sampah
Dini pagi, saat fajar menyambut, mengintip keberangkatanmu
Keluargamu masih tertidur pulas
Tanpa ragu melangkah, mengumpulkan sampah pada setiap langkah
Kadang engkau temukan sedikit harga, menghibur hati, tambahan rizki "barang ronsok yang laku dijual"
Sedikit-sedikit ditimbun depan rumah, meski berupa sampah
Itu cukup berharga, pada saatnya menjadi tambahan belanja
Tak mampu menyalahkan pada kenyataan, diri hanya bisa berikan ungkapan simpati
Kebuntuhan, apa yang akan bisa terkerjakan dalam meringankan
Hanya sapa tiada arti yang bisa ku beri
04 november 2012
Berganti Malam
Malam telah berlari bersama waktu, Menginjak pagi yang sunyi
Tak mampu diri dalam peristirahatan, untuk terus bertahan
Haruskah ku serukan untuk melawan
Tubuh terlalu lemah untuk berperang
Semangat memang terus menghujam
Tak mampu diri dalam peristirahatan, untuk terus bertahan
Haruskah ku serukan untuk melawan
Tubuh terlalu lemah untuk berperang
Semangat memang terus menghujam
Penipu Baru
Penipuan tanpa dirasakan, mematikan semangat untuk melawan
Dalam gelisah mengaisi cahaya untuk terus berusaha
Mencapai titik kemenagan, terus dan terus dipertanyakan
Mungkinkah menjadi langkah untuk terus melangkah
Menuntut Pribadi menuju dewasa
Bagi yang tak mampu merekam penghisapan
Ikut ambil bagian menjadi generasi baru penipuan
Berjalan bersama waktu, katanya " caraku bertahan"
Demi kehidupan dan kebelangsungan melewati waktu
03 november 2012
Dalam gelisah mengaisi cahaya untuk terus berusaha
Mencapai titik kemenagan, terus dan terus dipertanyakan
Mungkinkah menjadi langkah untuk terus melangkah
Menuntut Pribadi menuju dewasa
Bagi yang tak mampu merekam penghisapan
Ikut ambil bagian menjadi generasi baru penipuan
Berjalan bersama waktu, katanya " caraku bertahan"
Demi kehidupan dan kebelangsungan melewati waktu
03 november 2012
Jumat, 02 November 2012
Ambisi, Gelisah
Sang gelisah terus bermain riang di kepala
Meminta Ambisi dan keinginan hati tercapai
Menuntut sendi-sendit untuk terus berlari
Selesaikan tugas, ambisi yang belum tergapai
Gelisah terus mendera pada setiap senyuman
Bertumpuk menjadi gunung permasalahan
Tiada mampu lagi kaki suci hati mewarnai
Menyejukan untuk mendamaikan
Meminta Ambisi dan keinginan hati tercapai
Menuntut sendi-sendit untuk terus berlari
Selesaikan tugas, ambisi yang belum tergapai
Gelisah terus mendera pada setiap senyuman
Bertumpuk menjadi gunung permasalahan
Tiada mampu lagi kaki suci hati mewarnai
Menyejukan untuk mendamaikan
Selasa, 30 Oktober 2012
Takdir Mahasiswa
Dengan apa akan ku maknai kuliah
Cinta atau murka tak bisa, seperti air dan minyak
Bangga dan kecewa menyatu dalam kubangan hitam
Tiada bisa dibedakan antara kopi dan oli
Haruskah bangga dengan kedunguan dari kemandirian
Pada pundak dan keringat orang tua kemandirian disandarkan
Pada meminum keringat pedih, tersenyum melupakan letih
Bersandarkan bangga membalut susah
Akankah rasa bangga masih tertaman, dalam cacian warga atas aib kebebasan
Atas kekecewaan dalam sikap keapatisan
Angkuh, menjatuhkan diri untuk menabur senyum
Muka-muka meremehkan yang terpasang dalam setiap sudut jalan
Keruhkan hijau pemandangan kekeluargaan dan kebersamaan
Haruskah kecewa diterima, atas kesadaran yang diberikan
Sadar diri menjadi korban perkuliahan
Terbelenggu dalam dungu, terpenjara dalam karya, terekploitasi dalam aktualisasi, terbodohi dalam teori
Haruskah mahasiswa menjadi kerbau dungu yang tak mampu mengadu
Birokrasi bukan jelmaan daru Tuhan, segalanya berkuasa
Kekuasaan atas pembodohan formalitas, administrasi
Semua disandarkan pada kekuatan kebijakan
Kebijakan berpondasi kepentingan dan keserakahan
Haruskah dikatakan ini takdir
Patutkah ini disebut nasib
Dogma harus tersingkirkan dengan semangat perubahan
Beradu dengan cerahnya pemikiran dan kehebatan akal
Tiada salah jika akal perwakilan Tuhan juga
malang 31 oktober 2012
Cinta atau murka tak bisa, seperti air dan minyak
Bangga dan kecewa menyatu dalam kubangan hitam
Tiada bisa dibedakan antara kopi dan oli
Haruskah bangga dengan kedunguan dari kemandirian
Pada pundak dan keringat orang tua kemandirian disandarkan
Pada meminum keringat pedih, tersenyum melupakan letih
Bersandarkan bangga membalut susah
Akankah rasa bangga masih tertaman, dalam cacian warga atas aib kebebasan
Atas kekecewaan dalam sikap keapatisan
Angkuh, menjatuhkan diri untuk menabur senyum
Muka-muka meremehkan yang terpasang dalam setiap sudut jalan
Keruhkan hijau pemandangan kekeluargaan dan kebersamaan
Haruskah kecewa diterima, atas kesadaran yang diberikan
Sadar diri menjadi korban perkuliahan
Terbelenggu dalam dungu, terpenjara dalam karya, terekploitasi dalam aktualisasi, terbodohi dalam teori
Haruskah mahasiswa menjadi kerbau dungu yang tak mampu mengadu
Birokrasi bukan jelmaan daru Tuhan, segalanya berkuasa
Kekuasaan atas pembodohan formalitas, administrasi
Semua disandarkan pada kekuatan kebijakan
Kebijakan berpondasi kepentingan dan keserakahan
Haruskah dikatakan ini takdir
Patutkah ini disebut nasib
Dogma harus tersingkirkan dengan semangat perubahan
Beradu dengan cerahnya pemikiran dan kehebatan akal
Tiada salah jika akal perwakilan Tuhan juga
malang 31 oktober 2012
Ulah Serakah
Dalam catatan lusuh bangsa yang manja
Berjuta jiwa menjadi robot semata
Berkerja dengan sekuat tenaga dengan upah seadanya
Mengaisi rizky dan kesejahteran diujung belati mesin-mesin tanpa henti
Keluarga dirumah dengan perut lapar telah menanti
Berharap sang ayah dengan bingkisan nasi
Membalut perut yang telah lama menanti
Saat bahagia bersama, mengubur lelah seharian berkerja
Sebungkus untuk semua anggota, senyum kesabaran menjadi lauknya
Sampai dalam kenyang tanpa kenyataan
Entah siapa yang salah
Ketidak beranian untuk menipu sesama
Usaha yang sia-sia, meski pengorbanan dengan segenap tenaga
Disana ulah sang serakah...!!
30 oktober 2012
Merajut Makna
Membuka hati, merangkai kata suci
Melawan dogma kematiakan pemikiran
Atas "ketidakmampuan"
Memerangi diri mengapai mimpi
Puncak kejayaan di dikenang masa abadi
Merajut kata dalam muara karya
Menghiasi peradapan demi perubahan
Bukan hanya demikian untuk kesombongan
Dengan ketulusan keharusan untuk mengutarakan
Bersamanya masuk dalam kesucian hati
Makna-makna kata membentuk cahaya
Tercermin dalam ungkapan dan tingkah
Untuk mereka yang masih percaya pada cahaya Mulia
Malang 30 oktober 2012
Melawan dogma kematiakan pemikiran
Atas "ketidakmampuan"
Memerangi diri mengapai mimpi
Puncak kejayaan di dikenang masa abadi
Merajut kata dalam muara karya
Menghiasi peradapan demi perubahan
Bukan hanya demikian untuk kesombongan
Dengan ketulusan keharusan untuk mengutarakan
Bersamanya masuk dalam kesucian hati
Makna-makna kata membentuk cahaya
Tercermin dalam ungkapan dan tingkah
Untuk mereka yang masih percaya pada cahaya Mulia
Malang 30 oktober 2012
Jumat, 26 Oktober 2012
Idul Adha
Berjuta umat nyalakan perayaan
Takbir-Takbir dikumandangkan sekuat pelarian suara
Jauh kepenjuru langit-langit malam
Sayup-Sayup menghilang bersama larutnya malam
Esok hari bahagia
Kesejahteraan perut akan terlaksana
Sesasama akan berbagi daging bahagia
Idul Adha namanya...!!
Penantian sang lapar
Menunggu sang jagal
Pembagi menyipakan wadah
Tersaji dalam bingkisan daging bahagia
Untuk semua tanpa pandang mata sebelah
Andai tak cuma berkenang di harinya
Senjut hari berlalu
Sepanjang kehidupan berlalu
Pemahaman berbagi kian terpaku
26 oktober 2012
Takbir-Takbir dikumandangkan sekuat pelarian suara
Jauh kepenjuru langit-langit malam
Sayup-Sayup menghilang bersama larutnya malam
Esok hari bahagia
Kesejahteraan perut akan terlaksana
Sesasama akan berbagi daging bahagia
Idul Adha namanya...!!
Penantian sang lapar
Menunggu sang jagal
Pembagi menyipakan wadah
Tersaji dalam bingkisan daging bahagia
Untuk semua tanpa pandang mata sebelah
Andai tak cuma berkenang di harinya
Senjut hari berlalu
Sepanjang kehidupan berlalu
Pemahaman berbagi kian terpaku
26 oktober 2012
Langganan:
Postingan (Atom)