Saat fajar telah menyambut
Saat ratusan kepala menyambut
Ditempat yang sama, muara uang dan barang
Pasar tradisional, jutaan perut bergantung untuk terpenuhi
Sayur-sayur segar tersaji rapi, pemandangan pagi melegakan hati
Pedanggan dan pembeli bercengkrama untuk negosiasi
Kekeluargaan tak hanya selesai untuk hari ini
Sama terpenuhi, sama untung, dalam senyum bahagia terlaksana kerjasama
Berbagai jenis hasil bumi dijajankan
Memenuhi kebutuhan manusia tiada henti
Untuk mereka "pedagang" mengaisi rizki
Demi keberlangsungan kehidupan sementara
Begitu ramai dan bahagia, senyum sapa
Berbagi tawa tanpa kecewa
Tak berfikir untuk bisa kaya yang penting cukup untuk semua keluarga, kebutuhan penghidupan layak pastinya
Semoga tetap bertahan hingga akhir zaman
Kesegaran telah bertarung melawan kemasan
Harga murah melawan tipuan kemasan yang indah
Beriklan dalam indah fatamorgana
Keuntungan untuk perseorangan bermuara
Disana masih Aku temui hidangan murah
Darinya senyum sapa sesama, teriakan-terikan kecil mengambil bagian semangat
Semangat mempertahankan kebersamaan dan kekeluargaan yang termakan oleh Zaman
malang 05 November 2012
Minggu, 04 November 2012
Sabtu, 03 November 2012
Tetangga, Penarik Sampah
Wajah-wajah yang semangat menyambut pagi
Bersama gerobak sampah mengaisi secuil rizeki
Demi sang istri dan tiga anak bisa makan
Lekung pundak setiap pagi disandari besi
Melangkah bersama waktu, sang besi hancur sendiri
Nasib tetap sama, penarik sampah
Dini pagi, saat fajar menyambut, mengintip keberangkatanmu
Keluargamu masih tertidur pulas
Tanpa ragu melangkah, mengumpulkan sampah pada setiap langkah
Kadang engkau temukan sedikit harga, menghibur hati, tambahan rizki "barang ronsok yang laku dijual"
Sedikit-sedikit ditimbun depan rumah, meski berupa sampah
Itu cukup berharga, pada saatnya menjadi tambahan belanja
Tak mampu menyalahkan pada kenyataan, diri hanya bisa berikan ungkapan simpati
Kebuntuhan, apa yang akan bisa terkerjakan dalam meringankan
Hanya sapa tiada arti yang bisa ku beri
04 november 2012
Bersama gerobak sampah mengaisi secuil rizeki
Demi sang istri dan tiga anak bisa makan
Lekung pundak setiap pagi disandari besi
Melangkah bersama waktu, sang besi hancur sendiri
Nasib tetap sama, penarik sampah
Dini pagi, saat fajar menyambut, mengintip keberangkatanmu
Keluargamu masih tertidur pulas
Tanpa ragu melangkah, mengumpulkan sampah pada setiap langkah
Kadang engkau temukan sedikit harga, menghibur hati, tambahan rizki "barang ronsok yang laku dijual"
Sedikit-sedikit ditimbun depan rumah, meski berupa sampah
Itu cukup berharga, pada saatnya menjadi tambahan belanja
Tak mampu menyalahkan pada kenyataan, diri hanya bisa berikan ungkapan simpati
Kebuntuhan, apa yang akan bisa terkerjakan dalam meringankan
Hanya sapa tiada arti yang bisa ku beri
04 november 2012
Berganti Malam
Malam telah berlari bersama waktu, Menginjak pagi yang sunyi
Tak mampu diri dalam peristirahatan, untuk terus bertahan
Haruskah ku serukan untuk melawan
Tubuh terlalu lemah untuk berperang
Semangat memang terus menghujam
Tak mampu diri dalam peristirahatan, untuk terus bertahan
Haruskah ku serukan untuk melawan
Tubuh terlalu lemah untuk berperang
Semangat memang terus menghujam
Penipu Baru
Penipuan tanpa dirasakan, mematikan semangat untuk melawan
Dalam gelisah mengaisi cahaya untuk terus berusaha
Mencapai titik kemenagan, terus dan terus dipertanyakan
Mungkinkah menjadi langkah untuk terus melangkah
Menuntut Pribadi menuju dewasa
Bagi yang tak mampu merekam penghisapan
Ikut ambil bagian menjadi generasi baru penipuan
Berjalan bersama waktu, katanya " caraku bertahan"
Demi kehidupan dan kebelangsungan melewati waktu
03 november 2012
Dalam gelisah mengaisi cahaya untuk terus berusaha
Mencapai titik kemenagan, terus dan terus dipertanyakan
Mungkinkah menjadi langkah untuk terus melangkah
Menuntut Pribadi menuju dewasa
Bagi yang tak mampu merekam penghisapan
Ikut ambil bagian menjadi generasi baru penipuan
Berjalan bersama waktu, katanya " caraku bertahan"
Demi kehidupan dan kebelangsungan melewati waktu
03 november 2012
Jumat, 02 November 2012
Ambisi, Gelisah
Sang gelisah terus bermain riang di kepala
Meminta Ambisi dan keinginan hati tercapai
Menuntut sendi-sendit untuk terus berlari
Selesaikan tugas, ambisi yang belum tergapai
Gelisah terus mendera pada setiap senyuman
Bertumpuk menjadi gunung permasalahan
Tiada mampu lagi kaki suci hati mewarnai
Menyejukan untuk mendamaikan
Meminta Ambisi dan keinginan hati tercapai
Menuntut sendi-sendit untuk terus berlari
Selesaikan tugas, ambisi yang belum tergapai
Gelisah terus mendera pada setiap senyuman
Bertumpuk menjadi gunung permasalahan
Tiada mampu lagi kaki suci hati mewarnai
Menyejukan untuk mendamaikan
Langganan:
Postingan (Atom)